1. Konsep Konvergensi Media
Konvergensi berasal dari bahasa Inggris yaitu Convergence. Kata
konvergensi merujuk pada dua hal/benda atau lebih bertemu dan bersatu
dalam suatu titik (Arismunandar, 2006: 1) . Konvergensi akan mudah
dibayangkan jika menggunakannya dalam ilmu fisika khususnya tentang
cahaya. Cahaya matahari datang dari berbagai sudut yang kemudian
dikumpulkan atau dibiaskan oleh loop (kaca pembesar) pada satu titik.
Penggabungan berkas-berkas cahaya tersebut adalah peritiwa konvergensi.
Istilah konvergensi ini bisa dipadukan dengan kata-kata lainnya,
misalnya dalam konteks ini adalah media. Sehingga, konvergensi media
berarti penggabungan atau pengintegrasian media-media yang ada untuk
digunakan dan diarahkan ke dalam satu titik tujuan. Istilah konvergensi
secara umum juga merujuk pada kaitannya
dengan
perkembangan teknologi komunikasi dan informasi
(TIK)(www.satrioarismunandar6.blogspot.com).
Istilah konvergensi mulai banyak digunakan sejak tahun 1990-an. Kata
ini umum dipakai dalam perkembangan teknologi digital, integrasi teks,
angka, gambar, video, dan suara (Briggs dan Burke, 2000: 326).
Konvergensi media atau konvergensi TIK sebenarnya secara umum tidak
memiliki perbedaan yang siginifikan. Dua hal ini sebenarnya lebih
mengarah pada, selain soal pencapaian satu tujuan, pengelolaan konten
(informasi, gambar, audio, video, dan lain-lain) agar bisa masuk dalam
jenis teknologi apapun, seperti yang diunkapkan oleh Prof. Henry
Jenkins. Sehingga, jenis konten apapun akan bisa dikonsumsi oleh satu
jenis atau berbagai platform media.
Konvergensi ini tidak hanya didorong oleh kepentingan bisnis untuk
memperlebar pasar, namun juga akibat dari hasrat konsumen untuk lebih
mudah mendapatkan konten dengan media di manapun, kapanpun, dan dalam
format apapun yang mereka inginkan. Atau sederhananya, konvergensi media
ini hadir bukan karena pola top-down tapi juga bottom-up
(www.mizan.com). Konvergensi ini sangat mungkin dilakukan jika konten
yang diproduksi telah hadir dalam bentuk digital.
Perkembangan teknologi yang berkonvergensi ini tidak hanya sebatas
dalam ranah teknologi semata, melainkan telah merambah dan mengubah
pola-pola dasar kehidupan manusia. Konvergensi mengubah hubungan antara
teknologi, industri, pasar, dan gaya hidup. Pola-pola produksi dan pola
konsumsi berubah, dan penggunaannya berdampak pada level ekonomi,
politik, sosial, dan budaya (www.antara.co.id).
Saat ini, orang tidak perlu repot lagi jika ingin berbelaja sesuatu,
dari ponsel yang dimiliki bisa melakukan banyak hal misalnya membaca
koran di pagi hari, bertegur sapa dengan para kolega, mengirim pesan
penting dalam bentuk yang singkat (SMS) atau panjang melalui email,
melakukan rapat-rapat penting, sampai pada melakukan transaksi dalam
jumlah yang besar. Semua konten tersebut hadir dalam satu platform
media.
Hal ini juga bisa berlaku sebaliknya, menurut Jenkins, konvergensi
dalam kasus ini bisa dimaknai sebagai sebuah pergeseran budaya ketika
konsumen dimungkinkan mengakses informasi dan konten yang sama dalam
pelbagai paltform media. Jadi, piranti keras bisa saja malah semakin
beragam, tetapi konten yang akan berkonvergensi hingga bisa dibaca dalam
pelbagai platform piranti keras (www.mizan.com).
Internet dan komputer berperan besar dalam hal ini, namun ada hal
yang harus diingat bahwa walaupun selalu terjadi perubahan media dari
waktu ke waktu, tapi media yang lama tidak akan ditinggalkan begitu
saja. Akan tetapi hidup bersama dan saling berinteraksi dengan
media-media pendatang baru.
Manuskrip tetap penting walaupun teknologi radio ditemukan. Radio
juga tetap memegang peranannya walaupun TV ditemukan. Begitu pula dengan
internet dan komputer, media-media yang lahir sebelumnya tetap penting
dan memegang peranannya masing-masing. Untuk itu, media harus dipandang
sebagai suatu sistem yang selalu berubah-ubah terus di mana berbagai
unsur memainkan peran yang lebih besar atau lebih kecil (Briggs dan
Burke, 2000: 6).
Munculnya fenomena konvergensi media ini menyebabkan banyak bentuk
media tradisional harus memutar otak agar bisa bertahan dalam
perubahan-perubahan yang sangat cepat ini, khususnya bagi penerbit buku,
majalah, dan koran. Kompas misalnya sebagai koran harian terbesar di
Indonesia, mulai menata dengan apik koran digitalnya dengan meluncurkan
Kompas.com. Detik.com melakukan lebih dahulu hal ini dengan mengubah
format penerbitannya menjadi sistem online.
Penerbit buku Mizan juga melakukan hal serupa dengan membuat
Mizan.com. Dan ternyata, tidak hanya berhenti pada media cetak saja,
melainkan juga pada media-media elektronik. Liputan 6 sebagai program
berita unggulan di Indonesia juga melakukan hal serupa dengan mengelola
blog dan webiste liputan6.com. Selain itu, radio-radio juga secepat
kilat membuat media-media online. Siaran tidak lagi dipancarkan melalui
pemancar biasa melainkan telah melakukah radiostreaming di website
masing-masing. Dan masih banyak contoh lainnya yang menunjukan perubahan
akibat konvergensi media yang terjadi.
Dari contoh-contoh di atas dapat ditarik sejumlah pengertian tentang
pengertian komunikasi massa dengan pola tradisional. Perkembangan
teknologi dalam konvergensi media ini memungkinkan orang untuk terlibat
secara pribadi, antarpribadi, maupun dengan khalayak ramai dalam waktu
yang sekaligus.
Ini menunjukan konvergensi media memadukan ciri-ciri komunikasi massa
dengan komunikasi antarpribadi yang dilakukan dalam satu media
sekaligus. Hal ini disebut dengan demasivikasi, yakni kondisi dimana
ciri utama media massa yang menyebarkan informasi secara masif menjadi
lenyap. Arus informasi yang berlangsung menjadi makin personal, karena
tiap orang mempunyai kebebasan untuk memilih informasi yang mereka
butuhkan (www.antara.co.id).
Dalam hal struktur kepemilikan media juga mengalami perubahan. Jika
dalam media tradisional atau umum kita melihat kecenderungan bahwa media
semakin dimiliki oleh para elit pemilik modal, maka fenomena
konvergensi media ini tidak dapat disimplifikasi begitu saja. Ada dua
kemungkinan yang terjadi dalam konvergensi media. Pertama, apakah dengan
konvergensi media akan menjurus ke arah kompetisi, yaitu adanya
persaingan antar media yang lebih beranekaragam? Kedua, apakah
konvergensi media akan mendorong konsentrasi kepemilikan atau monopoli
pada segeilintir pihak?
Kemungkinan pertama, konvergensi dapat mendorong kompetisi yang lebih
besar karena bahan mentah (raw material) bagi semua media saat ini
menjadi luar biasa murah. Tidak perlu lagi mengeluarkan biaya produksi
tinggi untuk membeli kertas, cukup dalam bentuk digital yang hampir nol
biaya produksi.
Mengambil analogi dari Satrio Arismunandar sangat menarik untuk
menggambarkan hal ini, yaitu, jika media-media ini diibaratkan ikan,
memang ada ikan-ikan yang jadi lebih gemuk karena memakan ikan-ikan
lain. Tetapi ukuran kolam ikannya sendiri juga semakin besar. Ini
berarti tingkat konsentrasi media tidak menjadi lebih besar, dan mungkin
justru makin berkurang.
Sebaliknya, kemungkinan kedua, konvergensi mendorong terjadinya
konsentrasi kepemilikan yang lebih besar pada segelintir elit.
Terjadinya banyak merger antar media, mendorong konsentrasi kepemilikan.
Contoh, 75 persen dari seluruh suratkabar Amerika dimiliki oleh
jaringan suratkabar nasional, dan empat dari jaringan tersebut
mengontrol 21 persen pasar. Kepemilikan silang perusahaan media dengan
perusahaan non-media (perusahaan minyak, energi nuklir, dsb), membuat
perusahaan media kurang kritis terhadap praktik perusahaan-perusahaan
non-media yang “bersaudara” dengannya
(www.satrioarismunandar6.blogspot.com).
Akan jatuh pada kemungkinan keberapa konvergensi media ini tidak
banyak yang tahu, apakah pada kemungkinan satu atau dua. Ini layaknya
perdebatan yang dilontarkan Danny Schechter yang mengkritisi pola
kepemilikan media dengan model liberal, yang awalnya berasumsi akan
terjadinya kompetisi dan akan menyehatkan publik maupun media itu
sendiri, tapi yang terjadi malahan sebaliknya bahwa media dikuasai oleh
segelintir elit (Schechter, 2005: 4 – 5).
==> Implementasi ke dalam Perkembangan New Media
Setelah
banyak berbicara mengenai konvergensi media dalam ranah definisi,
teknologi, dan pelatihan, perlu diingat bahwa salah satu komponen paling
penting dalam implementasi konvergensi media adalah struktur organisasi
newsroom. Penting untuk melihat bagaimana secara
organisasi konvergensi newsroom harus bisa diterapkan dengan baik,
mengingat perubahan radikal yang akan dilakukannya, serta regulasi yang
harus mengaturnya.
Konvergensi Media: Perlu Manajemen yang Baik
Konvergensi
media adalah sebuah proses yang terus bergerak dan tentunya akan
memberikan dampak yang besar pada newsroom
tradisional. Transformasi newsroom tradisional menjadi
newsroom yang terkonvergensi akan memberikan
tantangan baik itu dari segi training karyawan, budaya
organisasi, hingga gaya manajemen.
Tentunya
implementasi ini membutuhkan manajer media yang mampu memimpin newsroom dalam menghadapi perubahan dan perkembangan yang
terjadi dalam menuju konvergensi media yang utuh. Salah satu hal yang tricky dalam konvergensi media adalah bagaimana seorang
manajer harus mampu mengatur para reporter yang sifatnya individualis
ketika bekerja, namun tetap dituntut untuk bekerja sama secara solid
dalam menghasilkan berita di dalam newsroom. Ditambah
lagi, karakteristik reporter yang kreatif namun sekaligus terikat dengan
deadline yang ketat membuat pekerjaan untuk mengatur
ini semua menjadi semakin sulit.
Ada
beberapa struktur manajemen yang perlu diperhatikan oleh seorang manajer
media dalam memimpin masa transisi newsroom yang
terkonvergensi yakni komunikasi, komitmen, kooperasi, kompensasi,
budaya, kompetisi, dan pelanggan. Dari ketujuh
elemen ini, elemen komunikasi amat penting untuk dijaga. Komunikasi
harus mengalir di setiap lapisan newsroom, mengingat
sebagai sebuah organisasi, newsroom akan menyongsong
sesuatu yang benar-benar baru. Komitmen perubahan, kerjasama untuk
mencapai perubahan, serta kompetisi antar media nasional lainnya, dan
melihat pelanggan sebagai pemilik berita harus menjadi nilai yang dianut
oleh manajer media. Di sini, kompensasi juga memiliki peran vital dalam
kesuksesan konvergensi. Meskipun konvergensi media dikatakan sebagai
salah satu sarana efisiensi perusahaan, perlu diingat bahwa ini bukan
berarti semata-mata newsroom mampu memberikan insentif
yang ‘seadanya’ pula pada reporter karena ini justru akan menghasilkan
efek yang berlawanan dengan yang diharapkan.
Ada 4
peran yang bisa digunakan di dalam newsroom
terkonvergensi yakni newsflow editor yang betugas
untuk melihat newsroom dari perspektif berbeda dan
membuat keputusan agar semua dapat bekerjasama, storybuilder
yakni orang yang berperan untuk mencampur editor koran dan produser
penyiaran agara bisa bekerjasama, news resourcer yakni
pengurus database yang mampu berpikir seperti
jurnalis, serta multiskilled journalist yakni jurnalis
yang mampu mengerjakan foto, audio, video secara sekaligus. Keempat
peran ini harus dalam kondisi yang cair, tidak hanya bersifat top down saja. Maka dari itu, manajer media harus mampu
menjalankan perannya yang vital, yakni untuk memastikan bahwa semua ini
mampu bergerak secara berkesinambungan.
Konvergensi Media: Struktur dan Model
Konseptualnya
Secara
konsep, konvergensi tidak jauh berbeda dengan bagaimana sebuah
organisasi memanfaatkan sinergi antar individu organisasi untuk mencapai
optimalisasi organisasi. Lantas, apakah perbedaan output yang mendasari
konvergensi? Dari segi apa perusahaan media yang melakukan konvergensi
akan memiliki hasil yang lebih baik daripada yang tidak? Ada beberapa
teori lain yang bisa melihat konvergensi media dengan cara yang berbeda,
yakni market theory of news production dan pure journalistic theory of production.
Market theory of news production
mengatakan bahwa kemungkinan sebuah event untuk
menjadi berita berbanding terbalik dengan biaya untuk memberitakannya.
Lebih jauh, semakin dianggap menarik sebuah cerita bagi audiens, maka
pengiklan akan membayar untuk mendapatkannya sehingga sebuah event tadi akan berubah menjadi berita. Pure
journalistic theory of production melihat bahwa kemungkinan sebuah
isu menjadi berita berbanding lurus dengan konsekuensi yang diharapkan
dari sebuah cerita dan ukuran audiens yang menganggap penting berita
tersebut.
Dari
penjelasan di atas dapat dilihat bahwa market theory of
news production hanya semata-mata melihat berita sebagai komoditas
yang tidak memiliki perbedaan jauh dengan komoditas lainnya, sedangkan pure journalistic theory of production melihat bahwa
konvergensi nantinya akan menghasilkan berita yang lebih baik bagi
publik.
Terdapat
dua model konseptual yang bisa digunakan dalam melihat struktur
konvergensi media yakni convergence continuum yang
dicetuskan oleh Daily et. al (2005) serta Seven Levels of
Daily Convergence yang dikemukakan oleh Carr’s (2007) sebagaimana
disebutkan dalam (Grant & Wilkinson, 2009,
hal. 167). Model konseptual Seven
Levels of Daily Convergence berbicara hingga mengenai hari ke hari
setelah konvergensi terbentuk, sedangkan convergence
continuum lebih berbicara mengenai hubungan kompetisi antara
partner konvergensi. Bisa dikatakan pula bahwa model Seven
Levels of Daily Convergence berbicara di
ranah operasi sedangkan convergence continuum berusaha
berbicara di level hubungan.
Seven Levels of Daily Convergence
dibagi Carr ke dalam 7 level di mana level 1 adalah tips harian dan
informasi, merupakan strata terbawah paling umum di mana konvergensi
baru sebatas “obrolan” yang terjadi antar staff, hingga level ketujuh di
mana konvergensi sudah tercapai dan staf mampu menjelaskan kepada
publik akan apa yang mereka lakukan sehingga publik mampu mengapresiasi
apa yang sudah mereka lakukan.
Dalam
penelitian yang membandingkan antara perusahaan-perusahaan media yang
sudah melakukan konvergensi, dengan menggunakan pendekatan kedua model
konseptual yang sudah dijelaskan sebelumnya, ditemukan bahwa kebanyakan
konvergensi terjadi di level satu, tiga, dan empat. Selain itu,
penelitian juga menghasilkan studi yang menyatakan bahwa konvergensi
yang terjadi belum tentu lebih baik daripada kelompok media yang tidak
menggunakan konvergensi.
Konvergensi Media: Perlunya Regulasi (Baru)
Kepemilikan Media
Salah
satu hal yang paling sering disorot dalam masalah konvergensi media
adalah kepemilikan media. Dengan terjadinya konvergensi di bawah satu
kepemilikan, ditakutkan akan menghasilkan suara yang tidak beragam dan
hilangnya wadah untuk perspektif lain yang berbeda. Meskipun di dalam
evolusi media global, televisi free to air, radio, dan
koran masih merupakan sumber berita yang paling populer bagi mayoritas
audiens, tetap saja perlu diwaspadai akan semakin meningkatnya cross ownership di berbagai platform. Beragam platform
yang menjadi satu merupakan salah satu dari ciri utama konvergensi
media. Maka dari itu, meskipun media tradisional masih utama, regulasi
untuk tetap membuat media sebagai salah satu tonggak demokrasi yakni
dengan mengatur masalah kepemilikan tetap harus dilakukan.
Content sharing dan penggunaan ulang
sebuah berita adalah konsekuensi yang tidak mungkin bisa dihindari oleh
para pekerja berita maupun para konsumen berita. Semakin maraknya
digitalisasi dan internet membuat news organization sebagai salah satu
media inti yang memrpoduksi konten, harus mengalami restrukturisasi
secara radikal untuk bisa beradaptasi dengan sistem yang baru muncul.
Yang menjadi pertanyaan besar adalah bagaimana pemerintah dan regulator
media mampu mengaplikasikan peraturan lama yang sudah berlaku selama ini
terhadap media yang baru muncul? Asumsi bahwa penguasaan channel
satu media akan mencederai sistem demokrasi seharusnya menjadi
pertimbangan utama, namun menjadi tanda tanya besar ketika hampir semua
pemerintahan yang ada di dunia dibayangi oleh semangat ekonomi
neoliberal.
Kesimpulan
Konvergensi
media membutuhkan aplikasi yang konkrit dalam pelaksanannya dan
restrukturisasi secara drastis diperlukan untuk mencapai konvergensi
yang diharapkan. Sejauh ini, konvergensi sempurna masih di tahap
‘utopis’ karena kebanyakan struktur konvergensi yang ada saat ini hanya
memungkinkan konvergensi mencapai level empat dalam Seven
Levels of Daily Convergence milik Carr. Maka dari itu, kehadiran
manajer media handal amat diperlukan agar konvergensi media bisa terus
dilakukan dan menjadi nyata. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
manajer media untuk menciptakan struktur organisasi newsroom
yang konvergen yakni komunikasi, komitmen,
kooperasi, kompensasi, budaya, kompetisi, dan pelanggan.
Kepemilikan
media juga menjadi momok dalam masalah konvergensi media. Meskipun hal
tersebut masih terlihat jauh, namun regulasi baru sudah selayaknya mulai
dipikirkan pemerintah. Hal ini sangat vital mengingat dampak besar dari
konvergensi media yang mungkin saja menciderasi semangat demokrasi yang
melahirkan media massa itu sendiri.
Referensi
Dwyer,
T. (2010). Media
Convergence: Issues in Cultural and Media Studies, London:
McGraw Hill & Open University Press (3)
Grant
A. E. & Wilkinson, J. S. (2009). Understanding Media Convergence: The State of
the Field, NY:Oxford University Press (8 & 10)
2. Konsep Podcasting
stilah "podcasting"
pertama kali muncul dalam sebuah karangan artikel oleh Ben Hammersley di
surat
kabar The Guardian pada
Februari 2004, bersama dengan istilah lain yang diusulkan untuk
menamakan
teknologi baru ini. "Podcast" merupakan lakuran
kata "pod" — "playable
on demand" (dimainkan atas permintaan), yang kelak digunakan Apple
Computer (sekarang Apple) untuk
merek pemutar-media-saku (portable
media player) iPod — dan "broadcasting"
(penyiaran). Nama ini dapat menyesatkan, karena siniar dapat digunakan
tanpa
iPod, atau bentuk pemutar-media-saku lain; isi-kandungannya dapat
diperoleh
dengan komputer yang dapat memainkan berkas media. Penggunaan istilah "podcast"
mendahului adanya dukungan asal (native support) untuk layanan
siniar
bagi iPod, atau perangkat lunak Apple iTunes. Untuk menghindari keterkaitannya dengan istilah
"iPod", beberapa orang memakai istilah "netcast"
sebagai pengganti "podcast", seperti siniarwan (podcaster)
TWiT.tv Leo Laporte. Singkata balik (backronym) telah diusulkan
supaya
"podcast" dapat diuraikan sebagai "personal
on demand broadcast" (penyiaran atas permintaan
pribadi).
Manfaat:
Ada banyak manfaat
dari Podcasting
yang dapat Anda terima jika Anda menggunakannya sebagai salah satu
pemasaran
dan alat komunikasi:
(1) Meningkatkan
visibilitas situs
Anda
Audiens target Anda
akan dapat
menemukan situs Anda lebih mudah ketika Anda daftar podcast Anda di
direktori
podcast yang tersedia. Visibilitas untuk situs Anda akan meningkat
sangat.
Demikian pula, mesin pencari akan dapat menemukan podcast Anda lebih
mudah
juga.
(2) Menyediakan alat
komunikasi
bisnis yang efektif
Salah satu manfaat
penting dari
Podcasting adalah kenyataan bahwa itu benar-benar menyediakan alat
komunikasi
tambahan untuk bisnis online Anda. Orang-orang akan datang untuk tahu
tentang
situs Anda. Apa yang telah ditulis dan ditawarkan di situs Anda akan
bisa
mendapatkan kredibilitas Anda sebagai seorang penulis ahli di bidang
Anda.
(3) Memberikan
kesempatan untuk
memberikan nilai tambah menawarkan
Podcasting
memungkinkan Anda untuk
memberikan nilai tambah menawarkan dalam format audio. Ini akan
mempertahankan
kepentingan pembaca dan pelanggan sama seperti mereka akan senang dengan
tawaran ini. Mereka dapat kembali ke situs Anda untuk podcast mingguan
“Pilihan
Hot Tips untuk minggu ini”, ini akan menjadi favorit panas bagi mereka
dalam
perdagangan opsi.
(4) Menyediakan
retensi memori
yang lebih baik
Podcasting melibatkan
melihat,
mendengar dan mengalami. Jika digabungkan, memberikan hasil terbaik
untuk
retensi memori sekitar 75% untuk rata-rata orang. Ini menyimpulkan bahwa
pesan
audio pasti lebih berkesan dari hanya teks biasa. Retensi memori adalah
salah
satu manfaat lebih penting bisa Anda dapatkan dari Podcasting.
(5) Menyediakan
kemudahan
penggunaan
Podcast Anda dapat
dengan mudah
diputar pada pemutar MP3 portabel. Orang akan dapat mendengarkan podcast
Anda
di mana saja dan kapan saja. Podcasting membuat mendengarkan pesan Anda
begitu
mudah, tanpa rewel.
(6) Memberikan
kesempatan untuk
peningkatan lalu lintas
Jika podcast Anda
berisi konten
yang besar, mereka akan mengarahkan lalu lintas ke situs Web Anda. Hal
ini akan
menciptakan dampak pada penjualan Anda dan garis bawah. Konten Anda juga
harus
informatif, menarik, dan harus selalu menyediakan nilai nyata bagi
pendengar
Anda. Melalui Podcasting, Anda juga dapat berkomunikasi dengan audiens
target
Anda.
Podcasting adalah
trend komunikasi
terbaru dengan pemasar di web. Ia menawarkan jangkauan menguntungkan
untuk
jutaan pendengar yang pelanggan potensial. Kemungkinan pemasaran banyak.
Podcasting adalah sekarang rute emas untuk memilih, dan tidak harus
dibiarkan
keluar sebagai salah satu pemasaran dan alat komunikasi.(http://deqadeqo.blogspot.com/2011/11/konsep-teknologi-konvergensi-jejaring.html).
==> Implementasi ke dalam Perkembangan new Media
Model
penyebaran podcasting biasanya dengan cara mendownload dan kita juga
bisa
berlangganan untuk mendapatkannya. Salah satu contoh cara berlangganan
podcasting :
Langkah-langkah untuk
menggunakan podcasting
dengan iTunes adalah:
2. Setelah diinstall,
jalankan program iTunes. Di sebelah kiri terdapat sebuah
panel bernama Source yang berisi sekumpulan item. Salah satu item yang
terdapat
di panel Source tersebut adalah Podcasts.
3. Klik Podcasts di panel
Source, maka tampilan di panel kanan akan berubah
untuk menunjukkan daftar podcast langganan Anda. Saat ini daftar
tersebut masih
kosong.
4. Untuk berlangganan
podcast, Anda dapat mencari podcast-podcast yang sesuai
dengan keinginan Anda di Podcast Directory iTunes. Untuk masuk ke
Podcast
Directory iTunes, klik label Podcast Directory yang terdapat di
sebelah
bawah daftar podcast. Untuk langkah ini komputer Anda harus terkoneksi
dengan
Internet.
5. Di Podcast Directory,
terdapat banyak pilihan podcast. Podcast-podcast yang
populer ditampilkan langsung di halaman utama. Anda juga dapat mencari
podcast
yang Anda inginkan dengan memanfaatkan kotak pencarian yang terdapat di
bagian
atas Podcast Directory. Selain itu, di bagian kiri terdapat daftar
kategori
dari berbagai podcast yang tersedia. Anda dapat mengklik suatu kategori
untuk
melihat podcast-podcast yang terdapat di dalam kategori tersebut. Sampai
saat
post ini ditulis, terdapat lebih dari 6000 podcast yang terdaftar di
Podcast
Directory iTunes.
6. Setelah menemukan
podcast yang Anda inginkan, klik nama podcast tersebut
untuk memunculkan keterangan lengkap tentang podcast tersebut beserta
tombol
Subscribe. Selanjutnya klik tombol Subscribe itu untuk berlangganan
podcast
yang bersangkutan. Langkah ini dapat diulangi untuk podcast-podcast lain
yang
Anda inginkan.
7. Sekarang klik kembali
item Podcast di panel Source untuk masuk ke daftar
podcast langganan Anda. Podcast yang Anda pilih tadi telah muncul di
daftar
tersebut.
8. Untuk mengupdate
podcast langganan Anda, klik tombol Update yang terdapat
di bagian kanan atas. Selanjutnya iTunes akan secara otomatis
men-download-kan
episode terbaru dari semua podcast langganan Anda. iTunes juga akan
menampilkan
daftar episode-episode yang lebih lama.
9. Setelah di-download,
Anda bisa men-dobel-klik nama episode tersebut untuk
memainkannya. Episode-episode yang lebih lama juga bisa di-download
dengan
menekan tombol Get yang terdapat di sebelah kanan nama episode tersebut.
10. Selanjutnya iTunes
akan secara otomatis meng-update semua podcast langganan
Anda setiap hari. Anda bisa mengatur konfigurasi podcasting di iTunes
melalui
menu Edit | Preferences pada tab Podcasting.
(http://kumanurmala.blogspot.com/2012/10/konvergensi-jejaring-sosial-podcasting_31.html)
3. Konsep RSS
Kita pasti sering
mendengar kata
atau istilah RSS. RSS biasanya sering dilambangkan dengan icon
seperti
di samping. Apa itu RSS? RSS adalah singkatan dari istilah yang
merujuk
pada beberapa protokol:
- Really
Simple Syndication ( RSS 2.0 )
- RDF
Site Summary
( 0.9 dan 1.0 )
- Rich
Text Summary
( 0.91 )
Defenisi:
RSS adalah suatu
teknologi dalam
dunia web yang dibangun untuk mempermudah kita untuk membaca ataupun
berlangganan konten (isi/artikel) dari suatu situs/web/blog. RSS
merupakan
versi sederhana dari halaman web yang berisikan hanya konten artikel
saja,
tanpa adanya fitur-fitur lain seperti widget, iklan, CSS, ataupun
javascript.
==> Implementasi ke dalam Perkembangan New Media
RSS biasanya
digunakan secara luas
di website yang menyediakan konten yang dinamis dan terupdate secara
berkala,
seperti halnya blog, portal berita, dan lain-lain.
RSS digunakan secara
luas oleh komunitas
weblog untuk menyebar ringkasan tulisan terbaru di jurnal, kadang-kadang
juga
menyertakan artikel lengkap dan bahkan gambar dan suara. RSS digunakan
pada
hampir semua situs berita atau weblog, dengan berbagai tujuan termasuk:
pemasaran, press release, laporan reguler produk, atau aktivitas lain
yang
membutuhkan pemberitahuan periodik dan tentunya publikasi.
Manfaat yang
diperoleh dengan
adanya RSS adalah pembaca sangat dimudahkan dalam mengetahui update
terbaru
suatu website tanpa perlu mengunjungi alamat website tersebut, karena
pembaca
hanya butuh untuk berlangganan pengumpan (feed) dari website
tersebut.
Beberapa website atau
blog hanya
menyediakan umpan RSS berupa beberapa baris kalimat atau ringkasannya
saja,
namun ada juga yang menyediakan umpan berupa artikel penuh, tergantung
tujuan
dari masing-masing pengelola website tersebut.(http://deqadeqo.blogspot.com/2011/11/konsep-teknologi-konvergensi-jejaring.html)
4. IPTV
IPTV adalah suatu layanan multimedia yang terdiri atas
programtelevisi, video (gambar bergerak), audio (suara), tulisan
(text),graphics (gambar diam) dan data yang disalurkan ke
pelangganmelalui suatu jaringan tertutup yang berbasis IP.
IPTV bukan sekedar siaran TV yang disalurkan melalui
internet dandapat diakses oleh siapa saja, tanpa adanya jaminan-jaminan
daripenyelenggara.
Penyelenggara IPTV menjamin pelanggan atas kualitas
(QoS/QoE),keamanan (security), kemampuan berinteraktif dan keandalan
darilayanan yang disalurkan oleh penyelenggara IPTV sampai
layanantersebut diterima oleh pelanggan-pelanggan.
Dalam layanan IPTV, semua aktivitas layanan baik
video ataupun
“interaktif melalui platform IP”disalurkan ke pelanggan dengansuatu
“jaringan tetap broadband” (fixed broadband network) xDSLatau FTTH yang
dapat dinikmati oleh pelanggan melalui suatupesawat TV standar dengan
IP-STB.
Sejarah IPTV
Pada tahun 1994, ABC World News Now adalah acara televisi pertama
yang disiarkan melalui Internet, dengan menggunakan perangkat lunak
konferensi video CU-SeeMe.
Istilah IPTV pertama kali muncul pada tahun 1995 dengan pendirian
ajaran Software oleh Judith Estrin dan Bill Carrico. Ajaran dirancang
dan dibangun sebuah produk video internet bernama IP / TV. IP / TV
adalah MBONE Windows yang kompatibel dan aplikasi berbasis Unix yang
bergerak tunggal dan multi-sumber audio / video lalu lintas, mulai dari
kualitas rendah sampai DVD, menggunakan kedua unicast dan multicast IP
Real-time Transport Protocol (RTP) dan kontrol real time protokol
(RTCP). Perangkat lunak ini ditulis terutama oleh Steve Casner, Karl
Auerbach, dan Cha Chee Kuan. Ajaran diakuisisi oleh Cisco Systems pada
tahun 1998 Cisco. Mempertahankan IP / TV merek dagang.
Radio internet perusahaan AudioNet memulai webcast live pertama terus
menerus dengan konten dari WFAA-TV pada bulan Januari 1998 dan KCTU-LP
pada tanggal 10 Januari 1998.
Kingston Communications, operator telekomunikasi regional di Inggris,
meluncurkan KIT (Kingston Interaktif televisi), sebuah IPTV lebih dari
DSL broadband layanan TV interaktif pada bulan September 1999 setelah
melakukan uji coba berbagai TV dan VoD. Operator menambahkan layanan VoD
tambahan pada bulan Oktober 2001 dengan Ya TV, penyedia konten VoD.
Kingston adalah salah satu perusahaan pertama di dunia untuk
memperkenalkan IPTV dan VoD IP lebih dari ADSL.
Pada tahun 2002, Sasktel adalah orang pertama yang komersial
menyebarkan Internet Protocol (IP) video melalui jalur pelanggan digital
(DSL) menggunakan Stinger Lucent (R) DSL platform . Pada tahun 2006,
adalah perusahaan Amerika Utara pertama yang menawarkan saluran HDTV
atas layanan IPTV
Pada tahun 2003, Jumlah Akses Jaringan Inc meluncurkan layanan IPTV,
terdiri dari 100 stasiun IPTV bebas di seluruh dunia. Layanan ini telah
digunakan di lebih dari 100 negara di seluruh dunia, dan memiliki
saluran dalam 26 bahasa.
Pada tahun 2005, Bredbandsbolaget meluncurkan layanan IPTV sebagai
operator selular pertama di Swedia. Pada Januari 2009, mereka bukan lagi
pemasok terbesar; TeliaSonera yang meluncurkan layanan mereka kemudian
memiliki pelanggan sekarang lebih.
Pada tahun 2006, AT & T U-Ayat meluncurkan layanan IPTV-nya di
Amerika Serikat, yang terdiri dari kepala akhir nasional dan regional
video-melayani kantor. AT & T menawarkan lebih dari 300 channel di
11 kota dengan lebih yang akan ditambahkan pada tahun 2007 dan
seterusnya. Pada bulan Maret 2009, AT & T mengumumkan bahwa U-ayat
telah diperluas ke 100 atau lebih channel High Definition di setiap
pasar TV U-Ayat. Saat menggunakan protokol IP, AT & T telah
membangun jaringan IP privat khusus untuk transportasi video.
IPTV vs Internet TV
IPTV
- Closed system, kualitas layanan terjamin(managed QoS).
- Video konten dikirim hanya kepadapelanggan (known subscriber)
Pengiriman melalui IP packets sampaidengan pelanggan (end customer).
- Dikirim melalui infrastruktur jaringan milik service provider.
- Sesuai dengan jangkauan jaringan yang dimilikinya.
- Umumnya menggunakan IP-STB digitaluntuk mengakses dan
pengkodeanlayanan konten.Menggunakan PC, software yangdigunakan
tergantung formatkonten.
- Biaya
- Video konten dibuat oleh perusahaan profesional, jumlahnya terbatas.
Internet TV
- Open system, kontrol kualitas layanan tidak dijamin (BestEffort
QoS).
- Video konten dikirim kepada siapapun Pengiriman melalui IP packets
sampai internet cloud sendiri.
- Dikirim dan diterima melalui public internet yang melibatkanbanyak
pihak.
- Tidak ada batasan wilayah, dimanapun ada akses internet.
- Umumnya menggunakan PC, software yang digunakan tergantung format
konten.
- Gratis
- Video konten bisa dibuat siapapun, jumlah kontennya tidak terbatas.
Cara Kerja IPTV
System IPTV dasar dapat kita gunakan untuk
mendapatkan akses ke berbagai media. sebuah perangkat televisi
dihubungkan ke Set top box (STB) yang mengkonversi IP video menjadi
signal televisi standar. STB akan berfngsi menjadi penghubung ke sistem
switch dari IP video. Contoh dibawah menunjukkan Switched Video Service
(SVS) memberikan koneksi pada pemirsa untuk mengakses berbagai sumber ,
termasuk siaran broadcast, servis langganan, bahkan pemesanan video.
Ketika pengguna ingin mengakses sumber-sumber media ini, semua perintah
kontrol (biasa dilakukan melalui remote kontrol) akan dikirimkan ke SVS
yang nantinya akan menentukan media mana yang akan dikoneksi. Diagram
dibawah memnunjukkan bahwa pengguna hanya membutuhkan satu video channel
agar SVS dapat mengakses berbagai sumber yang pada dasarnya tidak
terbatas.
Arsitektur IPTV
Setiap kumpulan fungsi dapat dibagi ke dalam
komponen-komponen fungsi seperti yang diperlihatkan pada gambar di bawah
ini. Komponen-komponen mempunyai kohesi fungsional yang kuat pada suatu
kumpulan fungsi tunggal sehingga komponen-komponen tersebut dapat
menyelesaikan tugas-tugas spesifik secara kolaboratif. Sebagai contoh,
dalam kumpulan fungsi Media Distribution & Delivery,
komponen-komponen kendali, distribusi, penyimpanan, dan Streaming dapat
bekerjasama satu dengan yang lainnya untuk mengangkut data media dari
sumber konten ke pelanggan.
Fitur IPTV
Terdapat tiga feature yang dapat kita dapatkan pada IPTV
yaitu: Live TV, VOD( Video on Demand) dan NPVR(Network Personal Video
Recording).
- Live TV : IPTV melayani Pengiriman channel-chanel atau siaran-siaran
secara live melalui teknologi protocol Internet yaitu IGM version 2
- VOD(Video on Demand) : IPTV melayani pengiriman siaran-siaran yang
tidak secara live disiarkan yaitu dimana suatu siaran atau acara tv pada
channel-chanel yang telah disimpan oleh server dapat disaksikan oleh
para konsumen melalui teknologi RTSP (Real Time Streaming Protocol) TSTV
(Time Shifted TV)
- NPVR(Network Personal Video Recording): Salah satu Feature pada IPTV
dimana siaran langsung(real time broadcast) dapat disimpan pada
jaringan server yang kemudian dapat diakses oleh user sesuai dengan
waktu yang mereka tentukan tanpa adanya biaya tambahan seperti memiliki
PVR pribadi yang terpasang di jaringan.
Kendala IPTV
IPTV mendistribusikan layanan televisi sama seperti halnya
teresterial, satelit atau televisi kabel alternatif. Bedanya, pada IPTV,
konten dapat disesuaikan dan interaktif dengan kemampuan
high-definition TV.
Internet protocol television atau IPTV saat ini sudah banyak
diaplikasikan di luar negeri. Namun, untuk dipasarkan di Indonesia masih
terganjal proses regulasi dan kesiapan infrastruktur.
Sampai saat ini pemerintah Indonesia belum secara jelas menetapkan
regulasi IPTV. Sebab, IPTV bisa masuk ke dalam tiga kategori, yakni :
- Dari sisi kemampuan, IPTV masuk dalam kategori industri
telekomunikasi,
- Dari konten masuk dalam kategori penyiaran,
- Dari sisi teknologi masuk dalam kategori internet.
Komponen IPTV
Internet-Protocol Television (IPTV) adalah
penyediaan layanan streaming tv secara langsung via jaringan IP
berbandwitdh lebar. Layanan ini bersifat multicast, dari satu sumber
untuk banyak pengakses secara bersamaan. Video on Demand (VoD) adalah
penyediaan layanan video yang diminta secara khusus oleh pengakses.
Secara umum ini adalah layanan video streaming unicast, yang dideliver
ke satu pelanggan.
IPTV dan VoD keduanya masuk kategori layanan
berkualitas siaran TV. Artinya pelanggan akan menikmati layanan
sekualitas TV satelit dan kabel yang sekarang umum kita nikmati. Standar
siaran TV ini saat ini hanya bisa dilayani oleh provider berbasis
satelit dan kabel dalam group tertutup. Internet IPTV dan internet VoD
yang merupakan implementasi awal dari kedua layanan diatas, kualitasnya
belum layak disandingkan dengan kualitas siaran TV.
==> Implementasi ke dalam Perkembangan new Media
Layanan IPTV secara umum meliputi broadcast
televisi dan video di atas akses internet dan interaksi multimedia
dengan kecepatan true broadband seperti game, shopping, dan advertising.
Selain itu juga ada layanan content on demand yang termasuk TV on
demmand, video on demmand, music on demmand, dan karaoke on demmand.
Layanan bisa disaksikan dengan perangkat televisi,
komputer, notebook, dan smartphone. Untuk tayangan live serta video on
demmand, IPTV mendukung standard definition (SDTV) serta High Definition
(HDTV). Video on demmand sendiri bisa dikontrol seperti layaknya
menonton DVD.(http://yantisaraswati.wordpress.com/2012/10/31/konsep-teknologi-konvergensi-jejaring-sosial-podcasting-rss-iptv/